Berawal dari adanya program mata kuliah KKN (kuliah kerja nyata) yang bisa menyatukan emosi antara warga dusun dengan mahasiswa yang biasa hidup dikota. Dusun tersebut bernama Ngoro-Oro yang terletak di desa Giriasih kabupaten Gunungkidul. Nama yang begitu aneh terdengar sebagai nama sebuah tempat tinggal. Ternyata didalamnya terdapat dusun yang penuh dengan keramahtamahan warganya, keikhlasan sikapnya dan gotong royong masyarakatnya. Sapa senyum yang mengiringi kehidupan sehari-hari mereka. Pamrih yang tak sekalipun diminta jika dimintai pertolongan. Saling merangkul dan bekerjasama dalam setiap kegiatan yang membutuhkan banyak tenaga.
Dusun tentram dan bersahaja kedatangan tamu mahasiswa yang sedang menjalankan tugas kuliah kerja nyata disana. Mahasiswa memang kesehariannya hidup dikota dengan budaya yang cenderung individualistis dan egois. Tuntutan yang sangat berat ketika harus beradaptasi dengan budaya yang bagi sebagian mahasiswa dianggap baru. Tugas selama 2 bulan diamanatkan oleh kampus untuk memberikan curahan ilmu dan tenaga di dusun itu. Mahasiswa yang selalu hanya kuliah di kelas kini harus terjun ke dunia yang benar-benar nyata. Mahasiswa tersebut adalah Amri, Ayi, Amel, Desti, Adit, Syaiful, Mufti, Nas, Inno, dan Dika begitulah panggilan mereka disana.
Selama 2 bulan hidup di dusun Ngoro-Oro banyak pengalaman dan ilmu yang tak terlupakan. Awalnya datang dengan antusiasme yang berlebih kami tinggal disana. Adapatasi yang dilakukan untuk melebur dan menyatukan emosi dengan warga dusun Ngoro-Oro baik itu tua, muda, dewasa, remaja, bahkan sampai putra putri cilik mereka, Pak Dukuh, Seluruh Pak RT, RW, pengurus dan kader PKK, Remaja dan takmir masjid al falah. Tuan rumah yang baik hati dengan menyediakan segala fasilitas baik itu tempat tinggal, makanan, dan hiburan sangat istimewa.
Hari-hari dilalui dengan penuh suka cita diiringi dengan bulan ramadhan tiba. Kehidupan yang tadinya sepi sunyi menjadi ramai ceria. Kegiatan-kegiatan yang di niatkan untuk menghidupkan masjid yang tadinya mati. Tegur sapa kita dengan warga masyarakat sekitar terbingkai emas seiring dengan kebersamaan yang terjalin. Mengikat erat tali persaudaraan yang kian tumbuh karena keterbukaan warga dengan kesopanan yang mahasiswa tunjukkan.
Namun, pada akhirnya 2 bulan itu telah berlalu. Sampai kita pada ujung perpisahan. Pengalaman yang kita dapatkan disana tak akan terlupakan dan akan tetap tertulis dalam sejarah kehidupan kami semua. baik itu canda, tawa, suka cita, duka lara, sedih, susah, senang bercampur baur menjadi satu. Rasa rindu yang sulit terlupakan. Rindu dengan kisah-kisah yang kita telah lakukan Ngoro-oro. Dan pada akhirnya kita pun harus mengucapkan selamat tinggal.
Terimakasih Sahabat-sahabatku Ayi, Amel, Adit, Desti, Dika, Inno, Ipul, Mufti, Nas yang telah menjadi sahabat sekaligus keluarga baru selama hidup 2 bulan.
Terimakasih Bu ngajinem, Pak Loso, Mbah Hardi, Fitri dan dek Chika yang telah memebrikan kami rumah yang sangat nyaman untuk kita tinggali.
Pak Dukuh Ngoro-Oro Pak Saryata yang telah menerima kami sebagai warganya meskipun singkat. Pak Wardi yang telah memberikan beberapa ilmu bagi kami.
Mas Jito, Mbak Tini dan dek revi yang telah menyediakan hiburan PS untuk kami….hehehe……
Mbak Prapti yang telah menyediakan kebutuhan logistik terutama rokok…Haahaha… (Maaf yg ada cuma fotona fio)
Mas Nono dan Ibunya Wawa dan wawa sendiri. Apalagi Bu Gaul dan Pak Ngatijo (Bu suratmi) dengan dukungan moralnya ….. Mas Supri terima kasih……Mas Dimpil yang telah menyediakan fotokopi buat kami..
Makasih adek2 TPA masjid Al falah dari pengajarnya Riski, Emi, Narti, Murdi dan Budi….dan para santri yang tidak bisa disebutkan satu per satu…….
makasih lagi para pemuda dan pemudi…dari mas mbilung, klicit, budi, cemot, yuli, mas turut, mbak ika, Leni, Rudi dan lain yang sebagainya…. Tak Lupa BLAZER MANIA tambah jos…. maaf gak bisa nyebutin satu2 soalnya gak hafal….
SERTA TERIMA KASIH telah menerima kami seagai warga dusun Ngoro-Oro dan MINTA MAAF KEPADA SELURUH WARGA DUSUN NGORO-ORO jika kami selama 2 bulan ada tutur kata, kelakuan, sikap, unggah ungguh dan sopan santun yang kurang berkenan.
Dusun tentram dan bersahaja kedatangan tamu mahasiswa yang sedang menjalankan tugas kuliah kerja nyata disana. Mahasiswa memang kesehariannya hidup dikota dengan budaya yang cenderung individualistis dan egois. Tuntutan yang sangat berat ketika harus beradaptasi dengan budaya yang bagi sebagian mahasiswa dianggap baru. Tugas selama 2 bulan diamanatkan oleh kampus untuk memberikan curahan ilmu dan tenaga di dusun itu. Mahasiswa yang selalu hanya kuliah di kelas kini harus terjun ke dunia yang benar-benar nyata. Mahasiswa tersebut adalah Amri, Ayi, Amel, Desti, Adit, Syaiful, Mufti, Nas, Inno, dan Dika begitulah panggilan mereka disana.
Selama 2 bulan hidup di dusun Ngoro-Oro banyak pengalaman dan ilmu yang tak terlupakan. Awalnya datang dengan antusiasme yang berlebih kami tinggal disana. Adapatasi yang dilakukan untuk melebur dan menyatukan emosi dengan warga dusun Ngoro-Oro baik itu tua, muda, dewasa, remaja, bahkan sampai putra putri cilik mereka, Pak Dukuh, Seluruh Pak RT, RW, pengurus dan kader PKK, Remaja dan takmir masjid al falah. Tuan rumah yang baik hati dengan menyediakan segala fasilitas baik itu tempat tinggal, makanan, dan hiburan sangat istimewa.
Hari-hari dilalui dengan penuh suka cita diiringi dengan bulan ramadhan tiba. Kehidupan yang tadinya sepi sunyi menjadi ramai ceria. Kegiatan-kegiatan yang di niatkan untuk menghidupkan masjid yang tadinya mati. Tegur sapa kita dengan warga masyarakat sekitar terbingkai emas seiring dengan kebersamaan yang terjalin. Mengikat erat tali persaudaraan yang kian tumbuh karena keterbukaan warga dengan kesopanan yang mahasiswa tunjukkan.
Namun, pada akhirnya 2 bulan itu telah berlalu. Sampai kita pada ujung perpisahan. Pengalaman yang kita dapatkan disana tak akan terlupakan dan akan tetap tertulis dalam sejarah kehidupan kami semua. baik itu canda, tawa, suka cita, duka lara, sedih, susah, senang bercampur baur menjadi satu. Rasa rindu yang sulit terlupakan. Rindu dengan kisah-kisah yang kita telah lakukan Ngoro-oro. Dan pada akhirnya kita pun harus mengucapkan selamat tinggal.
Terimakasih Sahabat-sahabatku Ayi, Amel, Adit, Desti, Dika, Inno, Ipul, Mufti, Nas yang telah menjadi sahabat sekaligus keluarga baru selama hidup 2 bulan.
Terimakasih Bu ngajinem, Pak Loso, Mbah Hardi, Fitri dan dek Chika yang telah memebrikan kami rumah yang sangat nyaman untuk kita tinggali.
Pak Dukuh Ngoro-Oro Pak Saryata yang telah menerima kami sebagai warganya meskipun singkat. Pak Wardi yang telah memberikan beberapa ilmu bagi kami.
Mas Jito, Mbak Tini dan dek revi yang telah menyediakan hiburan PS untuk kami….hehehe……
Mbak Prapti yang telah menyediakan kebutuhan logistik terutama rokok…Haahaha… (Maaf yg ada cuma fotona fio)
Mas Nono dan Ibunya Wawa dan wawa sendiri. Apalagi Bu Gaul dan Pak Ngatijo (Bu suratmi) dengan dukungan moralnya ….. Mas Supri terima kasih……Mas Dimpil yang telah menyediakan fotokopi buat kami..
Makasih adek2 TPA masjid Al falah dari pengajarnya Riski, Emi, Narti, Murdi dan Budi….dan para santri yang tidak bisa disebutkan satu per satu…….
makasih lagi para pemuda dan pemudi…dari mas mbilung, klicit, budi, cemot, yuli, mas turut, mbak ika, Leni, Rudi dan lain yang sebagainya…. Tak Lupa BLAZER MANIA tambah jos…. maaf gak bisa nyebutin satu2 soalnya gak hafal….
SERTA TERIMA KASIH telah menerima kami seagai warga dusun Ngoro-Oro dan MINTA MAAF KEPADA SELURUH WARGA DUSUN NGORO-ORO jika kami selama 2 bulan ada tutur kata, kelakuan, sikap, unggah ungguh dan sopan santun yang kurang berkenan.
Belum ada tanggapan untuk "CERITA ANTARA KAMI, KAMU DAN KITA SEMUA: Kuliah Kerja Nata di Dusun Ngoro-Oro, Desa Giriasih, Gunungkidul"
Posting Komentar